Film bioskop memang telah menjadi sebuah tayangan yang dipilih untuk mengisi waktu yang ada. Banyak orang dari berbagai kalangan meluangkan waktu mereka untuk menonton film yang ada di bioskop.
Memang untuk melihat film yang ada di bioskop, seseorang memang diharuskan untuk mengeluarkan tenaga dan biaya yang lebih dibanding ketika seseorang menonton film di dalam rumah.
Tenaga yang dikeluarkan adalah untuk menuju ke tempat dimana bioskop tersebut berada. Biaya tambahan juga kita keluarkan untuk membeli tiket serta ongkos kendaraan menuju tempat tersebut.
Namun di balik semua tenaga dan tambahan yang harus dikeluarkan tersebut, film bioskop dari hari ke hari semakin digemari oleh masyarakat Indonesia. Walau pun dulu perfilman Indonesia mengalami masa dimana film Indonesia disebut mati suri namun saat ini perkembangan film Indonesia telah menunjukkan ke arah yang lebih baik.
Kita tentu menyadari bahwa produksi film Indonesia telah banyak meingkat dibandingkan dengan beberapa masa yang lampau. Para pembuat film pun menyadari bahwa masyarakat Indonesia masih menggemari dunia film. Hal ini masih banyak diburunya film buatan luar negeri.
Menyadari pangsa pasar tersebut, para pembuat film ini perlahan tapi pasti telah membangkitkan kembali dunia film yang ada di Indonesia. Mereka membuat satu per satu film untuk menarik hati masyarakat Indonesia agar kembali menyukai film buatan dalam negeri ini.
Di balik hiruk pikuk promosi film, ada beberapa fakta film bioskop hari ini yang perlu kita cermati...
1. Kuantitas Film Indonesia
Secara kuantitas, film-film Indonesia dapat dikatakan cukup merajai film bioskop hari ini. Tidak jarang kita temukan di sebuah bioskop, film yang diputar adalah film produksi Indonesia. Secara kuantitas, fenomena ini menggembirakan karena memang dari hari ke hari semakin banyak film Indonesia yang dibuat. Semua film ini pun juga mengambil beragam genre mulai dari komedi, romance atau pun horror. Semuanya berusaha untuk mengambil hati para peminat film yang ada di Indonesia.
Dalam setahun, tentu telah banyak jumlah film yang dibuat. Ini dapat kita lihat jelas pada review film yang ada atau dari jumlah film baru yang ditayangkan di bioskop. Dengan ini masyarakat Indonesia semakin dimanjakan dengan perfilman yang ada.
kita haruslah lebih cermat dalam menilai kualitas kebanyakan film yang telah dibuat oleh para sineas dunia perfilman Indonesia. Dari segi kualitas kita masih harus menunggu perbaikan di sana-sini. Dalam setahun, film Indonesia yang menjaring lebih dari 1 juta penonton dapat dihitung dengan jari.
Karena memang kebanyakan film yang dibuat hanyalah untuk meraih untung belaka tanpa memperhatikan kualitas dari film yang dibuat tersebut, apakah memang film tersebut layak dikategorikan sebagai film yang bermutu ataukah hanya sebuah film yang dilihat sambil lalu belaka? Semua ini patutlah menjadi koreksi bagi semua orang yang berkecimpung di dalam dunia film Indonesia.
2. Tren Misteri Beraroma Cabul
Film-film hantu dan misteri punya bumbu baru: adegan buka-bukaan dan pemain seksi. Bahkan, beberapa rumah produksi tidak segan menggunakan bintang film porno asing untuk menjaring penonton. Salah satu contohnya adalah film Suster Keramas yang dibintangi oleh Rin Sakuragi, seorang bintang film porno asal Jepang. Parahnya lagi, target utama penonton film misteri beraroma cabul adalah remaja dan kaum muda.
Hal ini tentu menjadi sebuah hal yang miris bagi perkembangan film yang ada. Para produsen film hanya memikirkan tentang banyaknya keuntungan yang akan ia dapat dari film yang dibuat. Ia mungkin tak pernah memikirkan bagaimana pengaruh film yang ia buat terutama bagi kalangan remaja dan kaum muda.
Film bergenre misteri ini memang menjadi kebanyakan film yang dibuat. Para produsen film ini pun sudah tak menutupi lagi bahwa memang di balik film misteri yang mereka produksi mengandung banyak hal yang berbau pornografi.
Memang di Negara kita tak ada batasan yang jelas tentang makna pornografi itu sendiri. Hal itulah yang membuat para produsen film ini tak ragu lagi untuk membuat fim misteri berbau cabul atau pun pornografi.
Dengan adanay pornografi di dalam film, memang tidak dapat dipungkiri telah menjadikan film tersebut banyak diincar dan digemari. Para pemainnya pun juga sudah tak memiliki kebimbangan serta ketakutan lagi untuk membintangi film tersebut.
Mereka bahkan telah berani memperlihatkan semangat dalam memainkan peran berbau porno. Mereka memang sering kali berkedok dalam hal seni dan profesionalisme kerja. Namun tentu masyarakat pun telah menyadari bahwa apa yang mereka buat adalah film yang mengandung unsur pornografi.
3. Ada Harga Ada Rupa
Film bioskop hari ini penyebarannya masih dikuasai oleh jejaring Cineplex 21. Raja distribusi film Indonesia ini mengemas tampilan dan fasilitas bioskop untuk berbagai target penonton, mulai dari bioskop untuk kelas masyarakat menengah ke bawah, sampai kalangan jetset. Harga tiket bervariasi mulai dari belasan ribu sampai ratusan ribu rupiah. Anda dapat memilih bioskop berdasarkan keadaan keuangan Anda.
4. Film Religi
Pada awalnya, hanya sedikit film-film Islami diproduksi. Meledaknya Ayat ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih belum terlalu mengairahkan produser untuk membuat film-film Islami untuk film bioskop hari ini. Produser cenderung lebih menyukai membuat film beranggaran murah, namun bisa mendatangkan keuntungan besar. Film hantu-hantuan adalah contoh film murah namun cukup mendatangkan keuntungan.
Namun saat ini, dengan perkembangan dunia Islam yang semakin menarik hati banyak orang, bermunculanlah lebih banyak film religi. Film-film dengan judul beraromakan Islam atau film yang berlatarbelakang suasana Islam atau pun hanya sekedar judulnya saja yang Islami, film seperti inilah yang saat ini digemari. Walaupun tetap keberadaanya belum menggeser posisi teratas yang diduduki oleh film misteri.
Sayangnya, banyak film religi yang dibuat benar-benar tidak mencerminkan nilai Islam yang ada dan diajarkan dalam agama Islam yang nyata dalam kehidupan manusia.
Banyak film religi yang justru menjelek-jelekan Islam dan membelokkan ajaran islam yang sebenarnya. Yang ada, masyarakat tidak akan semakin memahami Islam dengan media film religi ini namun justru memiliki pandangan yang negatif terhadap Islam.
Tentu kita teringat tentang sebuah film yang berlatar belakang kehidupan pondok pesantren. Dimana pada film tersebut menyoroti kedudukan perempuan di dalam Islam. Di dalam film tersebut digambarkan bagaimana rendahnya kedudukan perempuan.
Tentu hal ini sangatlah bertentangan dengan apa yang sejatinya ada di dalam ajaran Islam. Dimana Islam telah memuliakan perempuan dan menempatkannya pada posisi yang tinggi. Hal-hal seperti inilahyang digambarkan di kebanyakan film religi yang ada.
Sekali yang ingin dicapai adalah keuntungan besar yang dapat diraih. Semuanya tanpa memperhatikan beban dakwah yang dipikul oleh film bergenre religi ini.masyarakat pun menelan mentah-mentah apa yang digambarkan di dalam film tersebut dan menganggapnya sebagai sebuah hal yang benar. Padahal apa yang ada adalah sebuah propaganda untuk lebih menjatuhkan nama Islam beserta ajaran yang dibawanya.
5. Kesadaran Orangtua Minim
Beberapa film yang dianggap film anak-anak seperti Avatar dan The Last Airbender, dipenuhi oleh anak-anak usia 8 tahun ke bawah. Padahal, film-film ini tidak cocok ditonton oleh anak-anak yang masih belum paham alur film yang kompleks.
Orangtua belum sepenuhnya sadar bahwa mereka harus menonton filmnya terlebih dahulu sebelum mengajak anak nonton ke bioskop. Tidak jarang pada saat menonton anak ribut bertanya, atau ingin pulang karena tak dapat menikmati filmnya.
Orang tua haruslah lebih bijaksana dalam memilihkan film yang cocok dan mendidik bagi anak mereka. Sehingga film dapat memberikan peningkatan pengetahuan bagi mereka.
Semoga fakta-fakta tentang film bioskop hari ini di atas menjadi renungan kita bersama untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas perfilman serta perilaku penonton Indonesia.
No comments:
Post a Comment